Kenali Berbagai Jenis Hubungan Toxic di Sekitar Kita

    Di dalam perjalanan hidup kita, terkadang kita menemui atau mengalami sebuah hubungan yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita. terkadang kita mengharapkan hubungan yang harmonis bersama pasangan. Namun seiring berjalannya waktu, kita menyadari bahwa hubungan yang kita jalani terlalu sulit untuk dipertahankan. Mungkin kita memiliki sahabat yang kita kira adalah sahabat sejati, tetapi ternyata menusuk kita dari belakang.

    Berbagai jenis hubungan yang tidak sehat seperti yang saya contohkan di atas dinamakan hubunga toxic atau hubungan beracun yang tidak sehat. Bagaimana cara menghadapi hubungan-hubungan toxic ini? Menurut saya tidak ada cara lain, selain memutuskan hubungan itu. Sesulit apapun itu. Namun, satu pertanyaan yang tak kalah penting adalah; bagaimana cara kita untuk mengetahui indikasi dari hubungan-hubungan toxic yang kita miliki ini?

Berikut, saya akan membahas berbagai jenis hubungan toxic yang sering ada di sekitar kita dan bagaimana cara untuk mengukur hubungan yang kita miliki masih bisa dipertahankan atau disudahi saja.




Hubungan Percintaan yangToxic

    Hubungan ini adalah yang paling rentan dikacaukan oleh hubungan yang toxic. Sering kali kedua pasangan tidak menyadari bahwa hubungan yang mereka jalani ini sebenarnya adalah hubungan yang tidak sehat. Lalu apa sajakah ciri-cirinya.

1. Merasa tidak nyaman saat bersama.
    Jika ada perasaan ini terbesit dalam dada kita saat bersama pasangan. maka ini adalah saat yang tepat untuk mengevaluasi lagi hubungan kita bersama pasangan. Karena perasaan tidak nyaman bahkan cenderung kesal saat bersama.

2. Intimidasi
    Ketika berada dalam suatu hubungan toxic, sering kali ada suatu pihak yang merasa superior dan lebih baik dari pihak yang lain. Dengan perasaan ini, pasangan yang merasa inferior akan melakukan apa saja untuk bisa diterima oleh pasangannya.

3. Kekerasan fisik, verbal dan emosional.
    Tanpa disadari atau tidak, sebuah hubungan yang toxic sering diwarnai oleh kekerasan baik secara fisiki, verbal ataupun emosional. Padahal, berbagai bentuk kekerasan ini tidak hanya berdampak kepada hubungan dengan pasangan, tetapi juga orang-orang di sekelilingnya. Seperti keluarga lainnya, anak-anak atau orang-orang terdekat.

4. Kontrol berlebihan
    Jika pasangan kita melakukan kontrol yang berlebih terhadap kehidupan kita maka sudah saatnya untuk menarik garirs tegas terhadap hubungan kita. Jika masih berupa kontrol biasa seperti menanyakan keberadaan saat ini, mengambil keputusan penting dan lainnya mungkin masih bisa ditolerir. Namun, jika kontrol itu mulai mengganggu bahkan untuk hal-hal yang kecil, maka kita terjebak dalam sebuah hubungan toxic.

5. Tidak Jujur
    Kejujuran dalam suatu hubungan adalah hal yang sangat krusial. Jika ada salah satu pasangan yag berbohong, apalagi untuk sebuah kebohongan yang penting. Maka kita sebaik berkonsultasi lagi kepada pihak yang berkepentingan tentang kondisi hubungan kita.

    Sebenarnya ada banyak lagi tanda-tanda hubunga toxic yang sering ada dalam suatu hubungan terutama hubungan pernikahan atau percintaan. Namun, beberapa tanda-tanda di atas adalah tanda yang paling penting sebagai indikator sehat atau tidaknya hubungan kita. 


Toxic Friendship
    
Berikutnya, kita akan membahas hubungan toxic yang sering terjadi dalam pertemanan. Toxic ini sering kita sadari namun terasa sangat samar. Ciri-cirinta adalah:

1.  Terlalu Berkompetisi
    Biasanya teman jenis ini tidak mau kalah dengan kita. Mereka akan berusaha terlihat lebih baik dari kita dalam segala hal. Mulai dari yang berhubungan dengan akademik, hingga gaya berpakaian dan masih banyak lagi.

2. Bermuka dua. 
    Ada teman-teman terkadang berbicara buruk tentang kita dibelakang kita, tetapi memuji-muji saat bersama kita. Sahabat atau teman yang baik akan bersikap sebaliknya. Mereka akan mengkritik kita sepenuh hati tetapi memuji-muji kita saat bersama orang lain.

3. Pengadu Domba.
    Alih-alih menutup kesalahan kita. Terkadang, teman-teman yang beracun ini menceritakan kesalahan kita kepada orang lain bahkan menambahkan detailnya. Kemudian berbicara sebaliknya tentang orang lain. Apabila kita mendapatkan musuh, mereka adalah orang pertama yang bertepuk tangan.

4. Membawa pengaruh buruk.
    Kita sering kali berteman secara acak tanpa menyadari bahwa sebenarnya teman-teman tersebut membawa pngaruh buruk kepada kita. Indikatornya adalah, apabila kita lebih mendengarkan perkataan teman-teman kita tersebut daripada orang-orang terdekat kita selama ini.

5. Bercanda Kelewatan
    Beberapa teman kita, membuat lelucon yang tidak kita sukai. Mereka mempermalukan kita di hadapan orang lain atau bahkan di sosial media kita. Teman-teman seperti ini jelas toxic bagi kehidupan kita. Apalagi jika mereka menjadikan masalah hidup kita sebagai bahan candaan. 

Toxic Positivity

Toxic Positivity sebenarny bukanlah masalah psikologis yang menunjukkan ciri-ciri secara khas. Biasanya ada banyak bentuk toxic positivity yang terjadi dan tidak terdeteksi. Toxic Positivity adalah suatu keadaan yang membuat kita menolak untuk memandang atau menerima hal-hal yang negatif sebagai bagian dari diri dan hidup kita. Sesederhana kata, "Semangat ya!" bisa menjadi ciri toxic positivity. Toxic berakibat buruk secara jangka panjang kepada pelaku dan korbannya.

Beberapa ciri-cirinya:
1. Kita memandang emosi atau hal negatif sebagai hal yang tidak layak untuk diterima. Alhasil, kita akan selalu berusaha melihat hal-hal positif dari suatu masalah dan kejadian.
2. Kita tidak memberi ruang untuk setiap keluhan, kesedihan, ketakutan dan berbagai hal negatif lainnya. Padahal, semua emosi negatif adalah hal yang wajar untuk dimiliki.
3. Kita selalu menganggap bahwa masalah orang lain biasa-biasa saja. Kita pernah melalui yang lebih berat dan survive. Padahal kondisi mental, psikis dan fisik setiap orang tidaklah sama.
4. Kita tidak mau mendengarkan cerita orang lain secara seksama dan menyeluruh. Kita akan cenderung memotong cerita orang lain dan cepat mengambil kesimpulan.
5, Kita kurang atau tidak memiliki rasa empati kepada masalah orang lain. Padahal, bisa jadi orang tersebut memerlukan kita untuk berkeluh kesah.

Orang yang melakukan toxic positivity sebenarnyaa juga korban dari toxic positivity ssendiri lho! Terkadang mereka melakukan hal tersebut tanpa sadar karena dibentuk oleh lingkungan keadaan. Jadi, baik pelaku toxic positivity ataupun korbannya sebaiknya perlu berkonsultasi lebih jauh dengan ahlinya.


Sedikit Solusi

Berbagai hal yang saya jabarkan di atas sebenarnya hanya sebagian kecil dari berbagai kemungkinan hal toxic yang terjadi di sekeliling kita. Masih ada banyak lagi bentuk toxic yang terjadi kita sadari ataupun tidak. Hubungan pertemanan yang dipenuhi racun mungkin cukup mudah diakhiri, tapi tidak demikian halnya dengan hubungan percintaan atau pernikahan yang tidak sehat dan penuh racun. Bagaimana solusi ata berbagi masalah toxic ini? Saya akan berbagi sedikit solusi meski mungkin tidak terlalu mendetail.

1. Butterfly Hugs.

Pernah dengar istilah ini? Butterfly hugs adalah bentuk pelukan kepada diri sendiri. Caranya menyilangkan tangan di depan dada dan melakukan gerakan seperti memeluk. katakan hal-hal positif seperti;
"Kamu berharga", "Kamu istimewa," "Tidak apa-apa jika melakukan ksalahan." Dan sebagainya. Fungsinya, gerakan ini akan meningkatkan hormon kebahagiaan dalam diri kita. Juga membuat kita menerima diri kita.

2. Tarik nafas dengan metode 4,4,4

Istilah bernafas dengan metode 4,4,4 sedang sangat populer belakangan ini. Nyatanya, metode ini mampu membuat ritme jantung kita berdetak lebih harmonis dan menenangkan. Caranya, buang nafas sealama empat detik, tarik (tahan) nafas selama 4 detik juga lalu hembuskan selama empat detik. 

3. Mencari bantuan.

Ketika terjebak pada hal-hal toxic yang kita sadari tidak ada jalan keluarnya. Sebaiknya kita mencari bantuan orang-orang terdekat atau bahkan profesional. Masalah psikologi yang tidak disertai dengan masalah tidak selera makan, sulit tidur, mudah cemas, mendengar bisikan-bisikan halus. Bisa diselesaikan dengan berkonsultasi dengan psikolog. Sedangkan jika disertai ciri-ciri di atas boleh menghubungi psikiater.

4. Mencari media untuk mnyembuhkan luka bathin.

Saat ini ada banyak sekali media yang bisa dijadikan sarana healing (penyembuhan), bisa dengan menulis, menyanyi, melukis, memuat jurnal dan masih banyak lagi. Pilihlah sarana yang  sesuai dengan kepribadian kita dan kebutuhan kita. Semoga dengan melakukan self-healing kita bisa melangkah lebih baik lagi ke depannya.

Demikianlah beberapa paparan saya tentang, berbagai toxic di sekitar kita. Masalah toxic apa pun yang sedang atau pernah kita hadapi, ingatlah suatu hal, mengutip kata salah seorang hipnoterapis, di instagramnya @sl.susanto; cinta yang kita terima seharusnya sebanding dengan cinta yang kita berikan. Jika tidak, maka artinya jika tidak seimbang maka itu hubungan toxic.

Referensi:

https://www.womenshealthmag.com/relationships/a25939904/signs-of-toxic-friendships/#:~:text=A%20toxic%20friend%20has%20a,'re%20normally%20super%2Dchill.







Komentar

  1. Waduh, memang deh urusan dengan teman yang beracun ini masiiih aja ada di sekitar kita ya. Hubungan toxic model begini semoga jauh2 deh dari kehidupan kita. Kadang kalau sudah kena, susah move on, dilanda kesedihan berkepanjangan. Berteman dengan orang2 yang berpikir positif aja, tinggalkan yang menyebalkan :)

    BalasHapus
  2. Terkadang untuk cinta ga bisa ditakar gitu sih ya harus seimbang. Ketika kita bisa mencintai tanpa berharap untuk dibalas, di situlah kita membuktikan bahwa cinta kita tidak toxic. Klo orang lain sih terserah mereka aja hehehe...

    BalasHapus
  3. Jadi keinget pernah kerja di tempat yang kebanyakan orang-orangnya toxic. Awalmya aku nggak seberapa peduli dan milih nggak dekat dengan siapapun. Tapi ternyata ada tugas-tugas kerja yang nggak berkualitas dan lama-lama bikin otak keracunan. Akhirnya aku milih keluar aja deh.

    BalasHapus
  4. Wah, solusi jitunya bisa kucoba untuk berbagai masalah toxic. Kalau aku banyakan di pertemanan, disadari atau tidak. Dan entah kenapa, adanya pandemi sedikit membantu karena kontak offline jarang terjadi sehingga meminimalkan toxic dari teman ini

    BalasHapus
  5. aku mah jauh jauh sih dari yang toxic begini, jangan sampe terjebak dan ngga bisa keluar dan meracuni hidup kita. Bakalan bahaya dan bikin repot banget sih

    BalasHapus
  6. Teman toxic ini banyak di sekelilingku :( Paling memuakkan sekaligus mengerikan adalah yang bermuka dua. Makanya sekarang pada orang begitu sikapku seperti truk gandeng: JAGA JARAK AMAN.

    BalasHapus
  7. kalo di real life jarang sih nemuinnya.. mungkin ada tapi aku aja yg gak peka hehehe.. tapi kalo main game terutama yg bisa open mic, beuhhh toxic nya bukan main lagi sampe bikin aku emosi

    BalasHapus
  8. Saya juga belakangan lagi belajar soal gimana caranya menjaga hubungan yang baik tanpa toxic, bahkan kita sendiri jangan jadi orang yang menjadi biang keladinya. Tapi menjaga hubungan yang baik itu bener-bener penting untuk jaga kesehatan mental kita.

    BalasHapus
  9. Been there, done that. Apa pun itu yang berhubungan dengan toxic relationship udah pasti nggak enak dan bikin kita nggak nyaman. Semoga kita semua terhindar dan tau cara mengatasinya juga,
    ya.

    Sintia - www.sintiaastarina.com

    BalasHapus
  10. I've done with that. Enggak lagi-lagi berada di circle tersebut, bikin makan ati banget. Gashlighting terutama, karena pengalamanku, sangat bikin terluka dan trauma. Bikin punya trust issue juga sama orang dan pertemanan yang baru,

    BalasHapus
  11. Punya temen yang dikira sahabat sejati taunya malah...... Wkwkwk pernah banget ini ngalamin di masa-masa abege. Hampir sering malahan kasus seperti ini. Seiring bertambahnya usia jadi nggak pernah dapet kasus begitu lagi karena temen2 yang begitu satu persatu pada menjauh sendiri. :D

    BalasHapus
  12. Wah ini sih relate banget sama kehidupan sehari hari. Emnag hatus hati2 pilih circle, bukan sombong, tp klo ngajak ke hal2 negatif ya kita juga yg rugi

    BalasHapus
  13. Dan sedihnya, banyak yang merasa sulit buat lepas dari toxic relationship ini ya mba. Karena emang butuh perjuangan banget kayanya buat bisa lepas. Satu2nya cara biar tetap waras emang harus mulihin diri dulu ya, dengan nenangin diri pake metode butterfly hug itu

    BalasHapus
  14. Kayanya sampai kapanpun kita akan selalu ketemu orang-orang yg toxic ya kak. Entah itu dari orang terdekat atau orang yang pura-pura dekat :D

    BalasHapus
  15. Iya. Bener bener kita harus menjauh dari hubungan toxic

    BalasHapus
  16. Salam kenal Kak. Saya Fenty. Terima kasih ya untuk ilmu tentang toxic nya..

    Sedang tren ya istilah hubungan toxic ini. Uraian kakak menambah pengetahuan saya soal toxic ini. Biasanya saya mendengar istilah toxic hanya di bahan kimia saja hihihi...

    Uraian ini mengacu pada ilmu psikologi ya kak. Terkadang saya khawatir jangan-jangan saya juga melakukan hal toxic ini kepada lingkungan saya. Ini menjadi bahan muhasabah saya...

    Jika boleh ditambahkan kak, hubungan toxic ini pun berkaitan dengan kepercayaan kita (kepada Tuhan). Apa yang telah Tuhan tentukan bagi sikap kita terhadap orang lain, ini menjadi petunjuk bagi kita untuk berteman atau menjalin ukhuwah/persaudaraan dengan sesama. Nah jika kita masih melakukan hubungan toxic terhadap orang lain, maka sejatinya kita belum melaksanakan petunjuk Tuhan tentang hubungan sesama manusia.

    Demikian kak, tolong sarannya kembali ya kak untuk saya. Oya main main yuk kak ke hasanah124.wordpress.com hehe... Terima kasih

    BalasHapus
  17. aku pernah mengalami hubungan toxic selama 5 tahun, kekerasan fisik dan verbal ... alhamdulillah akhirnya sadar

    BalasHapus
  18. Baca tulisan kakak jadi teringat, sedang berusaha menghindari menghindari lingkar pertemanan yang toxic, karena pandemi seperti sekarang jangan menambah pengaruh buruk dalam diri. Semoga kita didekatkan di lingkungan yang toxic positif

    BalasHapus
  19. terimakasih kk sdh berbagai tentng toxic relationship dan memberi solusi ketika menghadapiny org2 yg toxic

    BalasHapus
  20. Makasih loh kak udah sharing tentang masalah toxic kayak gini, karena memang banyak yang nggak menyadari kalau mereka terlibat di dalam hubungan yang seperti itu...

    BalasHapus
  21. Lagi banyak banget yang bahas soal toxic relationship ini. Semoga kita semua terhindar dari hubungan2 semacam ini.

    BalasHapus
  22. Toxic positivity ini aku jarang dengar. Baiklah, start scanning for toxic positivity sekelilingku.

    BalasHapus
  23. Kriteria yang sangat nyata sekali....tapi makin kesini makin paham dan mudah dikenali mana temam toxic mana yang tidak. Tapi balik lagi semua tergantung pada kondisi diri masing masing.

    BalasHapus
  24. Selain pertemanan dan percintaan, lingkungan kerja juga banyak yang toxic. :(

    BalasHapus
  25. Sebenarnya kita paham betul bahwa kita sedang berada di lingkungan yang toxic, namun memang tidak serta merta kita sanggup cepat keluar dari situ. Terutama kalau itu adalah soal pekerjaan dan pernikahan...semoga semua orang yang di posisi demikian segera dapat mendapatkan solusi terbaiknya masing-masing

    BalasHapus
  26. satu lagi nih mba tentang teman toksik, sukanya ngeluuuuhhh mulu, setiap ngobrol isinya ngeluh doang .... ih ini nih toksik banget mba.... kayak ngga ada semangat deh kalau saban pembicaraan isinya ngeluh aja . sekali dua kali mah wajar ya....

    BalasHapus
  27. udah lumayan sering juga say goodbye sama teman toxic hehehe

    BalasHapus
  28. Pernah ada di posisi hubungan toxic untung udah keluar, lega

    BalasHapus
  29. Paling banyak nemu toxic positivity sih. Karena banyak yang menganggap bahwa emosi negatif itu harus dihempaskan. Padahal bahaya juga kalau kita mengabaikan emosi negatif terus menerus.

    BalasHapus
  30. Bisa dicoba untuk solusinya nih.. Zaman sekarang emang harus lebih hati-hati lagi ya. Makasih mbak sudah mengingatkan. :)

    BalasHapus
  31. Setuju sih. Ngapain mempertahankan hubungan yang tidak sehat kalau yg ada hanya bikin kita sakit. Kalau saya sih ya mending pilih menjauh dari hubungan toxic itu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Seorang Ibu Bisa Lakukan Untuk Mengubah Dunia?

Bukan Keju Biasa